BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meghadapi perkembangan
Global dewasa ini, dibutuhkan tindakan kreatifitas dan motifatif bagi setiap
masyarakat dalam menyikapi berbagai permasalahan. Hal ini juga perlu dikembangkan dalam Dunia Pendidikan.
Dunia Pendidikan pada Dasawarsa terakhir ini betul-betul mengarah kepada sebuah
Degredasi (kemunduran) yang sangat signifikan, hal ini dapat kita buktikan
dengan adanya angka yang menunjuk kepada suatu kemunduran kemunduran prestasi
belajar Siswa di Indonesia lebih-lebih pada siswa-siswi Bima.
Selain itu
bukti otentik tentang kemunduran yang terjadi di Dunia pendidikan dilihat dari
kinerja Para guru yang semakin hari kian mengalami kekurangan semangat. Hal ini
tentunya dipengaruhi oleh berbagai Aspek yang tentunya datang dari berbagai
pihak yang antara lain dari : Pemerintah, Lingkungan, dan Individu Guru itu
sendiri.
Mengembangkan
suatu kreatifitas dan sikap dalam menjadi seorang motifator, dalam hal ini
banyak langkah-langkah konkrit yang dapat dilakukan. Adpun cara dalam mewujudkan suatu penanaman sikap kreatifitas
tersebut yang pertama-tama dilakukan ialah memperbanyak pengetahuan yang kita
miliki. Selain itu juga kita sebagai seorang motifator dapat memberikan arahan
dan gagasan yang membangun terhadap orang-orang yang kita berikan motifasi. Hal
itu dapat kita lakukan apabila kita sudah memiliki apa yang disebutkan diatas
yakni memiliki pengetahuan yang banyak dan memadai.
Pada sat
sekarang ini kita berada dalam fase degredasi, yang cukup signifikan,
lebih-lebih dalam dunia pendidikan. Pada diri kepala sekolah misalnya,
penurunan pangkat dari Kepala Sekolah menjadi Guru biasa yang disebabkan oleh
adanya ketidakmampuan yang dimilikinya dalam pengelolaan sekolah,
ketidakmampuan tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang
dimiliki sang Kepala Sekolah tersebut. Selain itu juga hal ini dapat terjadi
disebabkan oleh adanya sikap iri antar individu yang ada guna menempati posisi
tertinggi disekolah maka hal tersebut tidak terhindarkan lagi
Proses
Degredasi sangat nampak terjadi pada diri siswa-siswi kita. Penurunan yang
dimaksud terjadi pada diri Siswa disebabkan oleh kurangnya minat Belajar Siswa
itu sendiri. Hal inipun sinkron dengan adanya kekurangan kreatifitas yang
dimiliki seorang Guru sehingga Motifasi yang diharapkan tidak mampu disalurkan.
Seorang Guru tidak semestinya hanya menjadi seorang pengajar disini seorang
guru diharapkan mampu menjadi pendidik yang memberikan motifasi dan arahan
kearah yang lebih baik terhadap diri siswa.
Peranan guru
dalam memberikan bimbingan ataupun konseling tidak semestinya hanya diberikan
oleh Guru-guru BP/BK, namun Guru pada umumnya hendaknya melaksanakan bimbingan
dan konseling terhadap siswa, hal ini agar dapat kita mewujudkan suatu
motifator dalam diri seorang Guru. Kreatifitas disini juga diperlukan
disebabkan oleh adanya tabeat yang dimiliki seorang siswa yang antara satu
dengan yang lainnya tidak sama.
B. Rumusan Masalah
Berdasar pada
latar belakang diatas, maka pada point ini saya berusaha untuk memaparkan
beberapa Rumusan masalah agar dapat memfokuskan antara pembahasan yang satu
dengan yang lainnya sehingga tercapainya singkronisasi pada penyusunan Makalah
singkat ini.
Adapun Pokok
Permasalahan yang dimaksud antara lain :
1. Apa dan bagaimanakah Kreatifitas dan
Motivasi
2. Bagaimanakah cara mewujudkan sikap
Kreatifitas dan Motivasi
3. Bagaimanakah Kreatifitas dan Motivasi
dalam memajukan Sekolah
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan
Latar belakang dan rumusan masalah diatas maka disini dapat diuraikan sedikit
tujuan dalam penulisan Makalah ini. Adapun tujuan yang dimaksud antara lain
ialah:
1. Untuk memberikan gambaran tentang apa yang disebut
kreatifitas dan motifatifasi
2. Untuk
mengetahui kretifitas dan motifasi
3. Untuk mengaplikasikan sikap Kreatifitas dan Motivasi
dalam memajukan Sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kreatifitas dan Motivasi
1. Kreatifitas
Kreatifitas
dalam istilah Asingnya disebut Creativity yang mengarah kepada sebuah maksud
tentang sebuah “tindakan yang menarik” agar dapat mempengaruhi orang
lain dari berbagai hal. Mempengaruhi
orang lain disini bukan bersifat politis praktis namun mempengaruhi manusia
lain dalam bentuk penanaman yang digambarkan dalam sebuah tindakan yang kita
lakukan.
Adapun
tindakan yang dimaksud ialah tindakan yang terlahir atas dasar suatu pemikiran
yang berdasar pada pengatahuan dan kemampuan yang dimiliki. Setiap individu
tentu memiliki karakter sendiri yang dapat memberikan suatu perbedaan antara
individu dengan individu lain, karakter yang dimiliki mendorong lahirnya sebuah
kreatifitas yang dimaksud.
Lahirnya daya
kreatifitas yang dimiliki setiap individu sangat banyak dipengaruhi oleh
kemampuan kita dalam menguasai ilmu pengetahuan. Selain itu juga, hal lain
dapat menunjang lahirnya hal tersebut yaitu pengalaman yang kita miliki.
Pengalaman dapat menjadi suatu hal yang harus dimiliki dalam hal melengkapi
ilmu pengetahuan disebabkan oleh karena pengalaman merupakan sesuatu yang
nampak yang dapat kita terapkan secara langsung dalam pemberian penanaman
terhadap orang lain.
Pengalaman
akan sedikit berbeda kita pandang disini dengan Ilmu Pengetahuan, seperti apa
yang dipaparkan disini pengalaman sifatnya “Nampak” sementara Ilmu
Pengetahuan bersifat “Teoritis”. Yang dalam hal ini, untuk Ilmu
Pengetahuan sebelum kita terapkannya dalam penanaman melalaui tindakan kita
maka disini perlu kita melakukan suatu kajian terdahulu dan hal itu akan
berbeda dengan pengalaman yang langsung dapat kita terapkan dalam setiap tindakan.
2. Motifasi
Motifasi atau
dorongan merupakan suatu pengerahan yang dilakukan oleh seseorang terhadap yang
lainnya. Dorongan yang dimaksud merupakan suatu imbauan / nasehat terhadap yang
mengarah kepada sebuah perubahan secara signifikan yang tentunya kearah yang
lebih baik. Motifasi dalam hal ini sangat perlu kita berikan terhadap orang
yang tidak memiliki daya kreatifitas.
Sebagaimana
yang dipaparkan pada Bab sebelumnya, tugas motifatifator ialah pemberi motifasi
yang berdasar atas adanya daya kreatifitas yang bersifat inovatif. Seorang
motifator (pemberi motivasi) memiliki Arti penting agar terwujudnya suatu
perubahan. Akibat daripada tidak adanya sang motifator dalam sebuah manajemen
pengelolaan maka muncullah suatu degredasi yang sempat disinggung pada latar
belakang di atas. Degredasi in officer’s rank (penurunan Pangkat) misalnya, hal
ini dapat terjadi pada seorang pemimpin disebabkan oleh tidak adanya motifasi
dalam diri pemimpin suatu intansi tersebut. Walaupun demikian, hal ini dapat
dikikis ketika ada suatu tim motifator untuk pimpinan-pimpinan intansi dalam
hal ini terhadap diri pemimpin-pemimpin yang ada perlu diadakan Tim Penasehat
sebagai pemberi Motofatifasi yang dimaksud.
Proses
degredasi juga terjadi pada diri siswa yang disebabkan oleh kurangnya motifasi
yang diberikan oleh Guru. Karena pada permasalahan ini seorang Guru kerap
menyadari dirinya hanya memiliki tugas pokok sebagai pengajar. Seorang Guru
seyogyanya menyadari bahwa selain sebagai pengajar, seorang Guru juga memsti
memperhatikan tugasnya sbagai pendidik yang dapat menjadi “Teman”, “Saudara”,
“Orang Tua” dan “Guru” bagi siswa-siswinya. Hal ini dapat kita mengimplikasikan
kedalam tugas kita sebagai pendidik agar tercapainya suatu pelaksana pemberi
motifasi terhadap siswa.
Mengenai
kapan kita berada pada posisi “teman”, “saudara”, “orang tua” dan “guru” bagi
siswa-siswi kita, nantinya akan dibahas pada bagian “Mewujudkan Sikap Kreatif
dan Motifasi” pada bagian dibawah ini. Menjadi motifator bukan sebuah pekerjaan
yang mudah untuk dilakukan bagi seseorang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan
dan pengalaman, karena pemberian motifasi yang tidak cocok atau sinkron dengan
situasi dan kondidisi yang ada pada masyarakat maka akan menimbulkan suatu
kesalahan yang berakibat fatal terhadap si penerima motifasi. Tugas seorang
motifator dalam hal ini harus melihat dengan secara keseluruhan, baik mengenai
keadaan lingkungan maupun tentang Si penerima motivasi.
B. Sikap Kreatifitas dan Motivasi
Pengaruh
global yang kerap melanda masyarakat Indonesia ini membawa dampak yang cukup
besar terhadap merosotnya nilai-nilai moral dan ahklak yang dimiliki bangsa
ini. Hal inipun pelan-pelan merembek pada dunia pendidikan. Kepala sekolah yang
merupakan pilar guna menjadi pondasi penguat dalam mempertahankan sebuah
peradaban yang sempat tercipta dalam sekolah yang dipimpinnya memiliki peranan
penting dalam mengatasi arus global yang dimaksud guna menyelamatkan generasi bangsa terhadap adanya
suatu pengaruh yang membawa dampak negatif terhadap diri siswa-siswinya. Selain
peran Kepala Sekolah, peran Guru juga disini sangat diperlukan olehkarena Guru
memiliki hubungan langsung dengan Siswa-siswi sebagai pesrta didik dilingkungan
sekolah.
Pada masalah
ini, guna mewujudkan sutu kreatifitas dan daya motifasi seorang Guru maka perlu
diadakan pembenahan-pembenahan terhadap tugas seorang Guru. Guru pada umumnya
hanya mengetahui tugasnya sebagai tenaga pengajar, selain itu pula Guru pada
dasawarsa (10 tahun) terahir ini cenderung mengabaikan keberadaan siswa ketika
brada di luar sekolah. Dalam hal ini controler guru pada diri siswa-siswi hanya
terbatas pada saat siswa berada di sekolah saja. Walaupun demikian, sebenarnya
yang mesti dan harus seorang Guru laksanakan disekolah ialah memberikan
konseling (bimbingan) terhadap siswa-siswi agar tidak terjerembab dalam arus
Globalisasi yang menjadi “firus akut” dalam kehidupan masyarakat dewasa
ini.
Karena tugas
seorang Guru tidak semata menjadi “Pengajar” melainkan juga sebagai “Pendidik”
maka langkah pemberian konseling terhadap diri siswa-siswi juga merupakan
tugas pokok yang semestinya diberikan
terhadap siswa-siswi di Sekolah. Karena tugas guru sebagai pendidik itu ada,
maka seorang Guru harus senantiasa memposisikan dirinya kedalam beberapa hal
yang sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan oleh setiap siswa.
Prilaku
seorang siswa terhadap Guru sangat bergatung pada bagaimana seorang guru
melakukan pendekatan terhadap diri siswa sebagai yang terdidik. Pendekatan
secara Apriori (menyeluruh dan berkesinambungan) terhadap siswa misalnya, maka
langkah-langkah yang dapat kita lakukan disini guna melaksanakan pendekatan
yang dimaksud agar proses pendidikan dan pembelajaran dapat sukses sesuai
dengan keinginan, maka perlu seorang Guru dalam hal ini berusaha untuk
menetapkan atau memposisikan dirinya sebagai “Teman”, “Saudara”, “Orang Tua”
dan sekaligus “Guru” bagi setiap siswa maupun siswinya.
Penerapan
dalam memposisikan diri seorang guru sebagaimana yang dikasi tanda kutip
diatas, maka perlu kita melihat beberapa hal, yang dalam hal ini agar kita
terhindar dari pandangan buruk masyarakat tentang kedekatan kita terhadap
setiap siswa yang kita didik. Adapun langkah yang dimaksud antara lain
misalnya: Dalam memposisikan diri kita sebagai seorang “Teman”, “Saudara”,
“Orang Tua” dan sekaligus “Guru” terhadap siswa kita misalnya, maka kita perlu
memperhatikan hal-hal penunjang seperti Situasi Kondisi dan Domisili yang
mengarah kepada “Kapan, Mengapa dan Dimana” baru bisa kita melaksanakannya.
Apabila hal ini tidak bisa kita lihat maka apa yang dihawatirkan tentang
tanggapan negatif masyarakat akan kedekatan kita dengan siswa akan tertuju pada
diri kita lebih-lebih pada diri seorang Guru muda / mudi.
Pada saat
melakukan pendekatan yang seperti ini sebenarnya memberikan kesempatan kita
secara leluasa dalam mewujudkan pemberian motifasi terhadap diri kita. Wujud
dari pelaksanaan hal tersebut merupakan suatu bentuk kreatifitas “cara didik”
kita terhadap peserta didik.
Sejauh
pengamatan dan cara pandang saya terhadap para Guru, langkah semacam ini sangat
kurang bahkan hampir tidak ada yang dilakukan seorang Guru terhadap siswanya,
malah yang terjadi seorang Guru akan merasa bahwa terlalu mendekatkan diri pada
anak didik merupakan suatu hal yang tidak semestinya dilakukan karena dianggap
bahwa seorang Guru yang melakukan hal tersebut tidak memiliki atau tidak mampu
menjaga “Image” sebagai seorang Guru.
Hal diatas
sebenarnya salah kaprah apabila seorang Guru dipandang mampu menjaga image
tersebut dikarenakan membuat suatu jarak antara dirinya dengan siswa-siswinya.
Banyak bukti sebenarnya yang mengarah kepada hal yang demikian, lebih-lebih
yang dilakukan oleh Guru-guru yang mengajar disekolah-sekolah di Kabupaten Bima
ini. Disini seorang guru akan merasa Bangga ketika melakukan suatu Eksekusi
terhadap sebuah kesalahan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa siswa tanpa
melakukan suatu penyelidikan terlebih dahulu tentang kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh siswa yang dimaksud. Hal yang demikian sudah jelas timbul akibat
adanya kurang kreatifitas seorang Guru dalam mengatasi atau menengahi
permasalahan yang ada, maka olehnya itu suatu eksekusi merupakan suatu langkah
tepat untuk mengatasi permasalahan.
Pada contoh
kasus ini, seorang Guru tidak mampu dan tidak jeli sebenarnya dalam mengatasi
setiap permasalahan yang terjadi. Sebenarnya tindakan Eksekusi langsung tanpa
mempertimbangkan sejauhmana kesalahan yang dilakukan oleh siswa menimbulkan
suatu permasalahan baru yang bahkan kerap mengancam keberadaan sang Guru itu
sendiri lebih-lebih pada diri seorang Guru yang notabenenya pendatang dari
daerah lain atau dari kampung lain yang sengaja diutus untuk mengajar oleh
Pemerintah.
Dalam contoh
kasus diatas seyogyanya seorang guru dapat melakukan pemanggilan dan
identifikasi masalah terhadap pelaku, setelah mendapatkan suatu inti
permasalahan yang menyebabkan terjadinya sebuah kesalahan yang dilakukan oleh
diri siswa maka langkah yang dilakukan ialah memberikan pembinaan terhadap
siswa yang mengarah kepada pemberian motifasi belajar kepada siswa yang
bermasalah tersebut.
C. Kreatifitas dan Motivasi dalam
Memajukan Sekolah
Guna
mewujudkan suatu kemajuan pada sekolah yang kita pimpin, maka tugas kepala
sekolah dalam hal ini sangat besar. Kreatifitas yang dimiliki oleh kepala
sekolah harus pula kiranya didukung oleh setiap guru yang ada, dalam hal ini
apabila didapatkan suatu kreatifitas yang bersifat inofatif dari pimpinan
sekolah atau siapapun yang ada dalam organisasi sekolah maka perlu didukung
sepenuhnya oleh setiap organ yang lainnya dalam hirarki kepemimpinan dalam
sebuah sekolah.
Dalam
pemberian motifasi, kreatifitas pemimpin sekolah sangat dibutuhkan dalam
memenej segala kegiatan yang dilakukan. Kreatifitas yang dimaksud merupakan
implementasi dari ilmu pengetahuan dan pengalaman yang selama ini didapatkan
baik dari diri kepala sekolah yang menjadi pemimpin sekolah maupun Guru-guru
yang bertatap muka langsung dengan siswa-siswinya.
Pewujudan
suatu perubahan yang mengarah kepada suatu kemajuan sekolah dapat dilakukan
apabila dalam sebuah organisasi sekolah masing-masing saling mendukung antara
satu sama lainnya yang dimulai pada siswa dengan Guru, Guru dengan Pegawai dan
pimpinan Sekolah serta sekolah dengan masyarakat sekitarnya.
Apabila suatu
kerjasama ini terwujud dalam suatu organisasi sekolah maka kemajuan yang kita
harapkan segera terwujud. Apabila hal ini sudah kita lakukan maka cita-cita
bangsa dan negara dapat terwujud pula. Kerjasama yang dimaksud bisa didapatkan
apabila kita memiliki suatu kreatifitas itu tadi, karna memang suatu kerjasama
tidak akan ada apabila kita tidak memiliki daya kreatif yang mampu menjadi
motifasi bagi orang lain. Motifasi yang diberi harus didukung pula oleh
pemberian teknik atau tata cara penyelesaian permasalahan yang jelas sehingga
orang yang menerima Motifasi tidak memiliki keragu-raguan dalam melaksanakan
apa yang kita berikan. Selain itu pencapaian hasil harus dipertegas pula, oleh
sang motifator disebabkan hasil merupakan harapan bagi si penerima motifator
tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kita
melihat pemaparan yang dimulai dari latar Belakang, Pokok permasalahan sampai
pada pembahasan maka pada point ini dapat saya berikan kesimpulan tentang isi
yang terkandung dalam Makalah Mini ini. Sesuai dengan apa yang dibahas
diatas pula maka dibawah ini saya mengemukan kesimpulan yang dimaksud,
antaralain sebagai berikut:
Lahirnya
sebuah kreatif atau daya kreatifitas yang dimiliki setiap individu sangat
banyak dipengaruhi oleh kemampuan kita dalam menguasai Ilmu Pengetahuan. Selain
itu juga, Pengalaman dapat menunjang lahirnya sebuah kemajuan yang diharapkan
bersama. Karena tugas seorang Guru tidak semata menjadi “Pengajar”
melainkan juga sebagai “Pendidik” maka langkah pemberian
konseling terhadap diri Siswa-Siswi merupakan tugas pokok yang semestinya diberikan tanpa
terlebih dahulu kita menempatkan diri kita sebagai Guru BP/BK. Dalam
memposisikan diri kita sebagai seorang “teman”, “saudara”, “orang tua” dan
sekaligus “guru” bagi setiap siswa, maka kita perlu memperhatikan hal-hal
penunjang seperti Situasi Kondisi dan
Domisili yang mengarah kepada “Kapan, Mengapa dan Dimana” baru bisa kita menerapkannya.
B. Saran dan Kritik
Setelah kita membaca dan menelaah terhadap isi dalam
penyampaian makalah mini ini, maka diharapkan kepada pembaca agar seyogyanya
dapat menjadikan materi dalam penyampaian ini dijadikan sebuah patokan dalam
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab seorang guru terhadap siswa ataupun tugas
dan tanggung jawab seorang pimpinan sekolah terhadap bawahannya.
Setelah membaca dan memahami isi dari
makalah ini, diharapkan bagi pembaca untuk melakukan penelaahan terhadap isi
makalah ini, selain itu kritik, saran dan masukan yang membangun tidak lupa
kami harapkan demi tercapainya suatu perubahan dalam penulisan selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar