Jumat, 02 Desember 2011

Kratifitas dan Matovasi


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Meghadapi perkembangan Global dewasa ini, dibutuhkan tindakan kreatifitas dan motifatif bagi setiap masyarakat dalam menyikapi berbagai permasalahan. Hal ini juga  perlu dikembangkan dalam Dunia Pendidikan. Dunia Pendidikan pada Dasawarsa terakhir ini betul-betul mengarah kepada sebuah Degredasi (kemunduran) yang sangat signifikan, hal ini dapat kita buktikan dengan adanya angka yang menunjuk kepada suatu kemunduran kemunduran prestasi belajar Siswa di Indonesia lebih-lebih pada siswa-siswi Bima.
Selain itu bukti otentik tentang kemunduran yang terjadi di Dunia pendidikan dilihat dari kinerja Para guru yang semakin hari kian mengalami kekurangan semangat. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai Aspek yang tentunya datang dari berbagai pihak yang antara lain dari : Pemerintah, Lingkungan, dan Individu Guru itu sendiri.
Mengembangkan suatu kreatifitas dan sikap dalam menjadi seorang motifator, dalam hal ini banyak langkah-langkah konkrit yang dapat dilakukan. Adpun cara dalam  mewujudkan suatu penanaman sikap kreatifitas tersebut yang pertama-tama dilakukan ialah memperbanyak pengetahuan yang kita miliki. Selain itu juga kita sebagai seorang motifator dapat memberikan arahan dan gagasan yang membangun terhadap orang-orang yang kita berikan motifasi. Hal itu dapat kita lakukan apabila kita sudah memiliki apa yang disebutkan diatas yakni memiliki pengetahuan yang banyak dan memadai.
Pada sat sekarang ini kita berada dalam fase degredasi, yang cukup signifikan, lebih-lebih dalam dunia pendidikan. Pada diri kepala sekolah misalnya, penurunan pangkat dari Kepala Sekolah menjadi Guru biasa yang disebabkan oleh adanya ketidakmampuan yang dimilikinya dalam pengelolaan sekolah, ketidakmampuan tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki sang Kepala Sekolah tersebut. Selain itu juga hal ini dapat terjadi disebabkan oleh adanya sikap iri antar individu yang ada guna menempati posisi tertinggi disekolah maka hal tersebut tidak terhindarkan lagi
Proses Degredasi sangat nampak terjadi pada diri siswa-siswi kita. Penurunan yang dimaksud terjadi pada diri Siswa disebabkan oleh kurangnya minat Belajar Siswa itu sendiri. Hal inipun sinkron dengan adanya kekurangan kreatifitas yang dimiliki seorang Guru sehingga Motifasi yang diharapkan tidak mampu disalurkan. Seorang Guru tidak semestinya hanya menjadi seorang pengajar disini seorang guru diharapkan mampu menjadi pendidik yang memberikan motifasi dan arahan kearah yang lebih baik terhadap diri siswa.
Peranan guru dalam memberikan bimbingan ataupun konseling tidak semestinya hanya diberikan oleh Guru-guru BP/BK, namun Guru pada umumnya hendaknya melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap siswa, hal ini agar dapat kita mewujudkan suatu motifator dalam diri seorang Guru. Kreatifitas disini juga diperlukan disebabkan oleh adanya tabeat yang dimiliki seorang siswa yang antara satu dengan yang lainnya tidak sama.
B.     Rumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang diatas, maka pada point ini saya berusaha untuk memaparkan beberapa Rumusan masalah agar dapat memfokuskan antara pembahasan yang satu dengan yang lainnya sehingga tercapainya singkronisasi pada penyusunan Makalah singkat ini.
Adapun Pokok Permasalahan yang dimaksud antara lain :
1.      Apa dan bagaimanakah Kreatifitas dan Motivasi
2.      Bagaimanakah cara mewujudkan sikap Kreatifitas dan Motivasi
3.      Bagaimanakah Kreatifitas dan Motivasi dalam memajukan Sekolah
 
C.    Tujuan Penulisan
Sesuai dengan Latar belakang dan rumusan masalah diatas maka disini dapat diuraikan sedikit tujuan dalam penulisan Makalah ini. Adapun tujuan yang dimaksud antara lain ialah:
1.      Untuk memberikan gambaran tentang apa yang disebut kreatifitas dan motifatifasi
2.       Untuk mengetahui kretifitas dan motifasi
3.      Untuk mengaplikasikan sikap Kreatifitas dan Motivasi dalam memajukan Sekolah   



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kreatifitas dan Motivasi
1.      Kreatifitas
Kreatifitas dalam istilah Asingnya disebut Creativity yang mengarah kepada sebuah maksud tentang sebuah “tindakan yang menarik” agar dapat mempengaruhi orang lain dari berbagai hal.  Mempengaruhi orang lain disini bukan bersifat politis praktis namun mempengaruhi manusia lain dalam bentuk penanaman yang digambarkan dalam sebuah tindakan yang kita lakukan.
Adapun tindakan yang dimaksud ialah tindakan yang terlahir atas dasar suatu pemikiran yang berdasar pada pengatahuan dan kemampuan yang dimiliki. Setiap individu tentu memiliki karakter sendiri yang dapat memberikan suatu perbedaan antara individu dengan individu lain, karakter yang dimiliki mendorong lahirnya sebuah kreatifitas yang dimaksud.
Lahirnya daya kreatifitas yang dimiliki setiap individu sangat banyak dipengaruhi oleh kemampuan kita dalam menguasai ilmu pengetahuan. Selain itu juga, hal lain dapat menunjang lahirnya hal tersebut yaitu pengalaman yang kita miliki. Pengalaman dapat menjadi suatu hal yang harus dimiliki dalam hal melengkapi ilmu pengetahuan disebabkan oleh karena pengalaman merupakan sesuatu yang nampak yang dapat kita terapkan secara langsung dalam pemberian penanaman terhadap orang lain.
Pengalaman akan sedikit berbeda kita pandang disini dengan Ilmu Pengetahuan, seperti apa yang dipaparkan disini pengalaman sifatnya “Nampak” sementara Ilmu Pengetahuan bersifat “Teoritis”. Yang dalam hal ini, untuk Ilmu Pengetahuan sebelum kita terapkannya dalam penanaman melalaui tindakan kita maka disini perlu kita melakukan suatu kajian terdahulu dan hal itu akan berbeda dengan pengalaman yang langsung dapat kita terapkan dalam setiap tindakan.
2.      Motifasi
Motifasi atau dorongan merupakan suatu pengerahan yang dilakukan oleh seseorang terhadap yang lainnya. Dorongan yang dimaksud merupakan suatu imbauan / nasehat terhadap yang mengarah kepada sebuah perubahan secara signifikan yang tentunya kearah yang lebih baik. Motifasi dalam hal ini sangat perlu kita berikan terhadap orang yang tidak memiliki daya kreatifitas.
Sebagaimana yang dipaparkan pada Bab sebelumnya, tugas motifatifator ialah pemberi motifasi yang berdasar atas adanya daya kreatifitas yang bersifat inovatif. Seorang motifator (pemberi motivasi) memiliki Arti penting agar terwujudnya suatu perubahan. Akibat daripada tidak adanya sang motifator dalam sebuah manajemen pengelolaan maka muncullah suatu degredasi yang sempat disinggung pada latar belakang di atas. Degredasi in officer’s rank (penurunan Pangkat) misalnya, hal ini dapat terjadi pada seorang pemimpin disebabkan oleh tidak adanya motifasi dalam diri pemimpin suatu intansi tersebut. Walaupun demikian, hal ini dapat dikikis ketika ada suatu tim motifator untuk pimpinan-pimpinan intansi dalam hal ini terhadap diri pemimpin-pemimpin yang ada perlu diadakan Tim Penasehat sebagai pemberi Motofatifasi yang dimaksud.
Proses degredasi juga terjadi pada diri siswa yang disebabkan oleh kurangnya motifasi yang diberikan oleh Guru. Karena pada permasalahan ini seorang Guru kerap menyadari dirinya hanya memiliki tugas pokok sebagai pengajar. Seorang Guru seyogyanya menyadari bahwa selain sebagai pengajar, seorang Guru juga memsti memperhatikan tugasnya sbagai pendidik yang dapat menjadi “Teman”, “Saudara”, “Orang Tua” dan “Guru” bagi siswa-siswinya. Hal ini dapat kita mengimplikasikan kedalam tugas kita sebagai pendidik agar tercapainya suatu pelaksana pemberi motifasi terhadap siswa.
Mengenai kapan kita berada pada posisi “teman”, “saudara”, “orang tua” dan “guru” bagi siswa-siswi kita, nantinya akan dibahas pada bagian “Mewujudkan Sikap Kreatif dan Motifasi” pada bagian dibawah ini. Menjadi motifator bukan sebuah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan bagi seseorang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan dan pengalaman, karena pemberian motifasi yang tidak cocok atau sinkron dengan situasi dan kondidisi yang ada pada masyarakat maka akan menimbulkan suatu kesalahan yang berakibat fatal terhadap si penerima motifasi. Tugas seorang motifator dalam hal ini harus melihat dengan secara keseluruhan, baik mengenai keadaan lingkungan maupun tentang Si penerima motivasi.
           
B.     Sikap Kreatifitas dan Motivasi
Pengaruh global yang kerap melanda masyarakat Indonesia ini membawa dampak yang cukup besar terhadap merosotnya nilai-nilai moral dan ahklak yang dimiliki bangsa ini. Hal inipun pelan-pelan merembek pada dunia pendidikan. Kepala sekolah yang merupakan pilar guna menjadi pondasi penguat dalam mempertahankan sebuah peradaban yang sempat tercipta dalam sekolah yang dipimpinnya memiliki peranan penting dalam mengatasi arus global yang dimaksud guna  menyelamatkan generasi bangsa terhadap adanya suatu pengaruh yang membawa dampak negatif terhadap diri siswa-siswinya. Selain peran Kepala Sekolah, peran Guru juga disini sangat diperlukan olehkarena Guru memiliki hubungan langsung dengan Siswa-siswi sebagai pesrta didik dilingkungan sekolah.
Pada masalah ini, guna mewujudkan sutu kreatifitas dan daya motifasi seorang Guru maka perlu diadakan pembenahan-pembenahan terhadap tugas seorang Guru. Guru pada umumnya hanya mengetahui tugasnya sebagai tenaga pengajar, selain itu pula Guru pada dasawarsa (10 tahun) terahir ini cenderung mengabaikan keberadaan siswa ketika brada di luar sekolah. Dalam hal ini controler guru pada diri siswa-siswi hanya terbatas pada saat siswa berada di sekolah saja. Walaupun demikian, sebenarnya yang mesti dan harus seorang Guru laksanakan disekolah ialah memberikan konseling (bimbingan) terhadap siswa-siswi agar tidak terjerembab dalam arus Globalisasi yang menjadi “firus akut” dalam kehidupan masyarakat dewasa ini.
Karena tugas seorang Guru tidak semata menjadi “Pengajar” melainkan juga sebagai “Pendidik” maka langkah pemberian konseling terhadap diri siswa-siswi juga merupakan tugas  pokok yang semestinya diberikan terhadap siswa-siswi di Sekolah. Karena tugas guru sebagai pendidik itu ada, maka seorang Guru harus senantiasa memposisikan dirinya kedalam beberapa hal yang sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan oleh setiap siswa.
Prilaku seorang siswa terhadap Guru sangat bergatung pada bagaimana seorang guru melakukan pendekatan terhadap diri siswa sebagai yang terdidik. Pendekatan secara Apriori (menyeluruh dan berkesinambungan) terhadap siswa misalnya, maka langkah-langkah yang dapat kita lakukan disini guna melaksanakan pendekatan yang dimaksud agar proses pendidikan dan pembelajaran dapat sukses sesuai dengan keinginan, maka perlu seorang Guru dalam hal ini berusaha untuk menetapkan atau memposisikan dirinya sebagai “Teman”, “Saudara”, “Orang Tua” dan sekaligus “Guru” bagi setiap siswa maupun siswinya.
Penerapan dalam memposisikan diri seorang guru sebagaimana yang dikasi tanda kutip diatas, maka perlu kita melihat beberapa hal, yang dalam hal ini agar kita terhindar dari pandangan buruk masyarakat tentang kedekatan kita terhadap setiap siswa yang kita didik. Adapun langkah yang dimaksud antara lain misalnya: Dalam memposisikan diri kita sebagai seorang “Teman”, “Saudara”, “Orang Tua” dan sekaligus “Guru” terhadap siswa kita misalnya, maka kita perlu memperhatikan hal-hal penunjang seperti Situasi Kondisi dan Domisili yang mengarah kepada “Kapan, Mengapa dan Dimana” baru bisa kita melaksanakannya. Apabila hal ini tidak bisa kita lihat maka apa yang dihawatirkan tentang tanggapan negatif masyarakat akan kedekatan kita dengan siswa akan tertuju pada diri kita lebih-lebih pada diri seorang Guru muda / mudi.
Pada saat melakukan pendekatan yang seperti ini sebenarnya memberikan kesempatan kita secara leluasa dalam mewujudkan pemberian motifasi terhadap diri kita. Wujud dari pelaksanaan hal tersebut merupakan suatu bentuk kreatifitas “cara didik” kita terhadap peserta didik.
Sejauh pengamatan dan cara pandang saya terhadap para Guru, langkah semacam ini sangat kurang bahkan hampir tidak ada yang dilakukan seorang Guru terhadap siswanya, malah yang terjadi seorang Guru akan merasa bahwa terlalu mendekatkan diri pada anak didik merupakan suatu hal yang tidak semestinya dilakukan karena dianggap bahwa seorang Guru yang melakukan hal tersebut tidak memiliki atau tidak mampu menjaga “Image” sebagai seorang Guru.
Hal diatas sebenarnya salah kaprah apabila seorang Guru dipandang mampu menjaga image tersebut dikarenakan membuat suatu jarak antara dirinya dengan siswa-siswinya. Banyak bukti sebenarnya yang mengarah kepada hal yang demikian, lebih-lebih yang dilakukan oleh Guru-guru yang mengajar disekolah-sekolah di Kabupaten Bima ini. Disini seorang guru akan merasa Bangga ketika melakukan suatu Eksekusi terhadap sebuah kesalahan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa siswa tanpa melakukan suatu penyelidikan terlebih dahulu tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa yang dimaksud. Hal yang demikian sudah jelas timbul akibat adanya kurang kreatifitas seorang Guru dalam mengatasi atau menengahi permasalahan yang ada, maka olehnya itu suatu eksekusi merupakan suatu langkah tepat untuk mengatasi permasalahan.
Pada contoh kasus ini, seorang Guru tidak mampu dan tidak jeli sebenarnya dalam mengatasi setiap permasalahan yang terjadi. Sebenarnya tindakan Eksekusi langsung tanpa mempertimbangkan sejauhmana kesalahan yang dilakukan oleh siswa menimbulkan suatu permasalahan baru yang bahkan kerap mengancam keberadaan sang Guru itu sendiri lebih-lebih pada diri seorang Guru yang notabenenya pendatang dari daerah lain atau dari kampung lain yang sengaja diutus untuk mengajar oleh Pemerintah.
Dalam contoh kasus diatas seyogyanya seorang guru dapat melakukan pemanggilan dan identifikasi masalah terhadap pelaku, setelah mendapatkan suatu inti permasalahan yang menyebabkan terjadinya sebuah kesalahan yang dilakukan oleh diri siswa maka langkah yang dilakukan ialah memberikan pembinaan terhadap siswa yang mengarah kepada pemberian motifasi belajar kepada siswa yang bermasalah tersebut.

C.    Kreatifitas dan Motivasi dalam Memajukan Sekolah
Guna mewujudkan suatu kemajuan pada sekolah yang kita pimpin, maka tugas kepala sekolah dalam hal ini sangat besar. Kreatifitas yang dimiliki oleh kepala sekolah harus pula kiranya didukung oleh setiap guru yang ada, dalam hal ini apabila didapatkan suatu kreatifitas yang bersifat inofatif dari pimpinan sekolah atau siapapun yang ada dalam organisasi sekolah maka perlu didukung sepenuhnya oleh setiap organ yang lainnya dalam hirarki kepemimpinan dalam sebuah sekolah.
Dalam pemberian motifasi, kreatifitas pemimpin sekolah sangat dibutuhkan dalam memenej segala kegiatan yang dilakukan. Kreatifitas yang dimaksud merupakan implementasi dari ilmu pengetahuan dan pengalaman yang selama ini didapatkan baik dari diri kepala sekolah yang menjadi pemimpin sekolah maupun Guru-guru yang bertatap muka langsung dengan siswa-siswinya.
Pewujudan suatu perubahan yang mengarah kepada suatu kemajuan sekolah dapat dilakukan apabila dalam sebuah organisasi sekolah masing-masing saling mendukung antara satu sama lainnya yang dimulai pada siswa dengan Guru, Guru dengan Pegawai dan pimpinan Sekolah serta sekolah dengan masyarakat sekitarnya.
Apabila suatu kerjasama ini terwujud dalam suatu organisasi sekolah maka kemajuan yang kita harapkan segera terwujud. Apabila hal ini sudah kita lakukan maka cita-cita bangsa dan negara dapat terwujud pula. Kerjasama yang dimaksud bisa didapatkan apabila kita memiliki suatu kreatifitas itu tadi, karna memang suatu kerjasama tidak akan ada apabila kita tidak memiliki daya kreatif yang mampu menjadi motifasi bagi orang lain. Motifasi yang diberi harus didukung pula oleh pemberian teknik atau tata cara penyelesaian permasalahan yang jelas sehingga orang yang menerima Motifasi tidak memiliki keragu-raguan dalam melaksanakan apa yang kita berikan. Selain itu pencapaian hasil harus dipertegas pula, oleh sang motifator disebabkan hasil merupakan harapan bagi si penerima motifator tersebut.

           
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Setelah kita melihat pemaparan yang dimulai dari latar Belakang, Pokok permasalahan sampai pada pembahasan maka pada point ini dapat saya berikan kesimpulan tentang isi yang terkandung dalam Makalah Mini ini. Sesuai dengan apa yang dibahas diatas pula maka dibawah ini saya mengemukan kesimpulan yang dimaksud, antaralain sebagai berikut:
Lahirnya sebuah kreatif atau daya kreatifitas yang dimiliki setiap individu sangat banyak dipengaruhi oleh kemampuan kita dalam menguasai Ilmu Pengetahuan. Selain itu juga, Pengalaman dapat menunjang lahirnya sebuah kemajuan yang diharapkan bersama. Karena tugas seorang Guru tidak semata menjadi “Pengajar” melainkan juga sebagai “Pendidik” maka langkah pemberian konseling terhadap diri Siswa-Siswi merupakan tugas  pokok yang semestinya diberikan tanpa terlebih dahulu kita menempatkan diri kita sebagai Guru BP/BK. Dalam memposisikan diri kita sebagai seorang “teman”, “saudara”, “orang tua” dan sekaligus “guru” bagi setiap siswa, maka kita perlu memperhatikan hal-hal penunjang seperti  Situasi Kondisi dan Domisili yang mengarah kepada “Kapan, Mengapa dan Dimana” baru bisa kita menerapkannya.
B.     Saran dan Kritik
 Setelah kita membaca dan menelaah terhadap isi dalam penyampaian makalah mini ini, maka diharapkan kepada pembaca agar seyogyanya dapat menjadikan materi dalam penyampaian ini dijadikan sebuah patokan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab seorang guru terhadap siswa ataupun tugas dan tanggung jawab seorang pimpinan sekolah terhadap bawahannya.
Setelah membaca dan memahami isi dari makalah ini, diharapkan bagi pembaca untuk melakukan penelaahan terhadap isi makalah ini, selain itu kritik, saran dan masukan yang membangun tidak lupa kami harapkan demi tercapainya suatu perubahan dalam penulisan selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar