Sabtu, 05 November 2011

Hikmah Idul Adha


اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ.  اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيرًاوَالْحَمدُللهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيلاً. لاَاِلهَ اِلاَّاللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُلِلّهِ . اَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالىَ عَلىَ نِعَمِهِ الَّتِى لاَتُعَدُّ وَلاَتُحْصَى . لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَابَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَى . وَاَشْكُرُهُ عَطَائِهِ وَفَضِيْلَتِهِ لاَتُبْرَى . اَشْهَدُاَنْ لآاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ تَوْحِيْدًامُتْقَنًا اَقْتَنِيْهِ لِيَوْمِ الْفَاقَةِ  وَاِنَّهُ لَنِعْمَ الْمُقْتَنَى . مُتَظَاهِرًاعَلَيْهِ الْجِنَانُ وَاللِّسَانُ سِرًّاوَعَلَنَا. وَاَشْهَدُاَنَّ مُحَمَّدًاعَبْدُه ُوَرَسُوْلُهُ  اَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَنَحَرْ وَحَجَّ وَاعْتَمَرْ . وَوَقَفَابِعَرَفَةَ وَالْمَعْشَرْ . اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ الله عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ . لاَاِلَهَ اِلاَّاللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ . اَللهُ اَكْبَرُ وَلِلّهَ الْحَمْدُ
اَمَّا بَعْدُ :   فَيَااَ يُّهَاالنَّاسِ !!    اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اِنَّااَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلاَبْتَرُ
وَاعْلَمُوْااَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَايَوْمٌ فَضِيْلٌ . وَعِيْدٌ شَرِيْفٌ جَلِيْلٌ . رَفَعَ اللهُ قَدْرَهُ وَاَظْهَرْ . وَسَمَاهُ يَوْمَ الْحَجِّ اْلاَكْبَرْ . يَجْتَمِعُ فِيْهِ الْحَاجُّ بِمِنَى يَسْتَكْمِلُوْنَ مَنَاسِكَ الْحَجِّ وَيَتَقَرَّبُوْنَ اِلىَ اللهِ بِالثَّجِّ وَالْحَجِّ . يُحْيُوْنَ سُنَّةَ اَبِيْهِمْ اِبْرَاهِيْمَ بِمَايَذْبَحُوْنَ فِى هَذَاالْيَوْمِ الْعَظِيْمِ
Allohuakbar Allohuakbar Allohuakbar. Allohuakbar walillahilhamd.
Hadirinalkirom rohimakumulloh,..
Marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah SWT, dengan sebenar-benarnya taqwa, yaitu menjalankan segala yang diperintahkan oleh Allah dan menjahui segala laranganNya. Dan janganlah kita meninggalkan dunia ini kecuali tetap dalam keadaan iman dan Islam.
Sejak tadi malam kita semua telah mengumandangkan takbir, tahmid dan tasbih dalam menyambut datangnya hari yang sangat mulia, yaitu hari raya Idul Adha atau hari raya Kurban. Allah telah mengangkat dan mengagungkan hari raya Idul Adha ini dengan melahirkannya sebagian hari Ibadah Haji yang mulia. Pada hari ini semua orang yang menjalankan ibadah haji, berkumpul menjadi satu di tanah Mina perlu menyempurnakan ibadah hajinya dan bertaqorrub atau mendekatkan diri beribadah kepada Allah dengan menyembelih binatang kurban serta mengeraskan suara seraya berdo’a dan memuji kepada Allah. Mereka menghidup-hidupkan sunnah Nabi Ibrohim.
Allohuakbar Allohuakbar Allohuakbar. Allohuakbar walillahilhamd.
Hadirinalkirom rohimakumulloh,..
Kini hari raya Kurban telah tiba. Maka bagi kaum muslimin yang telah kuasa menyembelih kurban, hendaklah melaksanakannya tanpa ragu-ragu, sebagai usaha untuk bertaqorrub atau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Disamping itu, dengan  melaksanakan ibadah kurban ini, akan menghilangkan jurang pemisah antara mereka yang mampu dengan yang tidak mampu, sehingga akan dapat hidup berdampingan dengan penuh rasa persaudaraan dan kasih saying. Dan perlulah kita ketahui bahwa ibadah kurban ini adalah ibadah yang mulia dengan fadhilah yang sangat besar.
Didalam sebuah hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas ra. Rosululloh saw. Telah bersabda :
مَاعَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلاً اَحَبَّ اِلىَ اللهِ مِنْ اِرَاقَةِ دَمٍ وَاِنَّهُ لَيَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُوْنِهَا وَاَظْفَارِهَا وَاَشْعَارِهَا . وَاِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ الله بِمَكَانٍِ قَبْلَ اَنْ يَقَعَ فِى اْلاَرْضِ فَطَيِّبُوْابِهَا نَفْسَهَا
Artinya :
Tidak ada amal dari keturunan Adam pada hari Kurban yang lebih disenangi Allah daripada mengalirkan darah kurban. Karena sesungguhnya hewan yang dijadikan kurban itu pasti datang (didatangkan) pada hari kiamat dalam keadaan sempurna dengan tanduk-tanduknya, kukunya dan bulu-bulunya. Dan sesungguhnya darah itu akan jatuh dari Allah pada suatu tempat sebelum jatuh menetes ke bumi. Maka bersihkanlah jiwa kalian dengan kurban.
Yang dimaksud hadis tersebut adalah ; amal yang paling dicintai Allah pada hari kurban adalah menyembelih kurban. Pahala kurban itu akan diterima oleh Allah sebelum darah kurban menetes ke bumi. Pahala yang mulia ini akan diperoleh jika kita mau melaksanakannya dengan ikhlas hanya karena Allah.
Di dalam hadis lain yang bersumber dari Zaid bin Arqom, para sahabat bertanya mengenai kurban, lalu beliau Rosululloh saw. Bersabda :
سُنَّةُ اَبِيْكُمْ اِبْرَاهِيْمَ . قَالُوْا: فَمَالَنَافِيْهَا يَارَسُوْلُ الله . قَالَ: بِكُلِّ شَعْرَةٍ حَسَنَةٌ . قَالُوْا: فَالصُّوْفُ ؟ قَالَ: بِكُلِّ شَعْرَةِ مِنَ الصُّوْفِ حَسَنَةٌ
Artinya :
Ini adalah kesunnahan dari bapak kalian Nabi Ibrohim. Lalu mereka bertanya ; Apakah ada bagi kami di dalam kurban itu, ya Rosululloh?. Beliau bersabda : Setiap rambut merupakan kebajikan. Mereka bertanya lagi ; Lalu kalau bulu?. Beliau bersabda : Dengan setiap rambut dari bulu adalah kebajikan. (HR Ibnu Majah dan Hakim)
Allohuakbar Allohuakbar Allohuakbar. Allohuakbar walillahilhamd.
Hadirinalkirom rohimakumulloh,..
Dalam kesempatan ini kepada kaum muslimin yang telah mampu berkorban, marilah kita laksanakan perintah Allah ini dengan penuh keikhlasan. Allah pasti akan membalas dengan yang lebih banyak dan lebih besar dari pada apa yang telah kita kurbankan.
Sekarang kita masih ada kesempatan untuk berkurban. Sebab waktu menyembelih kurban adalah dimulai setelah selesai mengerjakan sholat Idul Adha hingga 3 hari sesudahnya, yaitu sampai habisnya hari Tasyrik tanggal 13 Dzulhijjah. Marilah kita berkurban dengan menyembelih domba ataupun lembu menurut kemampuan kita masing-masing, dan janganlah kita mengingkari perintah Allah yang mulia ini hanya dengan mementingkan kepentingan pribadi.
Sungguh mengkhawatirkan sekali orang yang tidak mau menyembelih kurban sementara keadaannya telah mampu untuk mengeluarkannya.
Rosululloh saw. Bersabda :
مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ فَلَمْ يُضَحِّ فَلْيَمُتْ اِنْ شَاءَ يَهُوْدِيًّا اَوْنَصْرَانِيًّا
Artinya :
Barangsiapa baginya ada kemampuan (lapang rizkinya) akan tetapi dia tidak mau berkurban, maka hendaklah ia mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani.
Hadis tersebut menjelaskan kepada kita, bahwa ibadah kurban tidak boleh dipandang remeh meskipun perintah kurban ini hukumnya tidak wajib. Bisa jadi kita yang enggan berkurban padahal ada kemampuan, akan menemui kesengsaraan mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani. Semoga kita dijauhkan dari keadaan seperti itu.
Allohuakbar Allohuakbar Allohuakbar. Allohuakbar walillahilhamd.
Hadirinalkirom rohimakumulloh,..
Kalau kita renungkan dalam-dalam, ternyata perintah berkurban ini mengandung suatu pelajaran bahwa untuk memperoleh keridloan Allah itu perlu pengorbanan. Sebagaimana yang terjadi pada Nabi Ibrohim. Beliau memperoleh kedudukan yang tinggi disisi Allah lantaran beliau telah dengan ikhlas mau mengorbankan putranya yang bernama Ismail untuk disembelih. Berkat keteguhannya itulah Allah kemudian menggantikannya dengan seekor domba dari surga.
Demikianlah hikmah yang dapat kita petik dari perintah berkurban pada setiap hari raya Idul Adha. Mudah-mudahan kita yang belum bisa berkurban pada tahun ini, tahun depan Allah memberikan keluasan rizki untuk melaksanakan ibadah kurban. Aamiin yaa robbal ‘aalamiiN.
جَعَلَنَااللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنْ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ . وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّكُمْ فِى زُمْرَةِ الْفَائِزِيْنَ . اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اِنَّااَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. اِنَّ شَانِئَكَ هُوَ اْلاَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِى وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ . وَنَفَعَنِىْ وَاِيَّاكُمْ ِبمَافِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْــمِ  وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْوَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْـنَ

Jumat, 04 November 2011

NABI ADAM, A. S


Setelah Allah s. w. t.  menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh-tumbuhannya,  menciptakan langit dengan mataharinya, bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s. w. t.  untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya, mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.
Kekhuatiran Para Malaikat.
Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s. w. t.  akan kehendak-Nya menciptakan makhluk lain itu, mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu, disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari. Berkata mereka kepada Allah s. w. t. :"Wahai Tuhan kami!Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami, padahal kami selalu bertasbih, bertahmid, melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya, sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu, nescaya akan bertengkar satu dengan lain, akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya, sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu. "
Allah berfirman, menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:
"Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku. Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya, bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah, karena Allah s. w. t.  melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya. "
Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s. w. t. dari segumpal tanah liat, kering dan lumpur hitam yang berbentuk. Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna
Iblis Membangkang.
Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain, yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya. Iblis merasa dirinya lebih mulia, lebih utama dan lebih agung dari Adam, karena ia diciptakan dari unsur api, sedang Adam dari tanah dan lumpur. Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain, walaupun diperintah oleh Allah.
Tuhan bertanya kepada Iblis:"Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?"
Iblis menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia. Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur. "
Karena kesombongan, kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan, maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pd. dirinya hingga hari kiamat. Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka.
Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat. Allah meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan, tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu, bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam, sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat, dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat, mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang, menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal soleh.
Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:
"Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka. Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah. "
Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda.
Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa bumi, maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta, kemudian diperagakanlah benda-benda itu di depan para malaikat seraya:"Cubalah sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu, jika kamu benar merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam. "
Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk  menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka. Mereka mengakui ketidak-sanggupan mereka dengan berkata:"Maha Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajakan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. "
Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam, berfirmanlah Allah kepada mereka:"Bukankah Aku telah katakan padamu bahawa Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan. "
Adam Menghuni Syurga.
Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya, menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan.  Menurut cerita para ulamat Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri diwaktu ia masih tidur sehingga ketika ia terjaga, ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya. ia ditanya oleh malaikat:"Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?"
Berkatalah Adam:"Seorang perempuan. "Sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh Allah kepadanya. "Siapa namanya?"tanya malaikat lagi. "Hawa", jawab Adam. "Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?", tanya malaikat lagi.
Adam menjawab:"Untuk mendampingiku, memberi kebahagian bagiku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah. "
Allah berpesan kepada Adam:"Tinggallah engkau bersama isterimu di syurga, rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya, rasailah dan makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nasfumu. Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar, dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya. Akan tetapi Aku ingatkan janganlah makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu celaka dan termasuk orang-orang yang zalim. Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu, ia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini. "
Iblis Mulai Beraksi.
Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh allah dari Syurga akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya tersingkir dari singgahsana kebesarannya. Iblis mulai menunjukkan rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga yang tenteram,  damai dan bahagia.
Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka. Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada mereka. Ia membisikan kepada mereka bahwa. larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal. Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya dan lazat rasanya. Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.
Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud: "Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata. "
Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah ia bahawa mereka telah terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar. Seraya menyesal berkatalah mereka:
"Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena bujukan Iblis. Ampunilah dosa kami karena nescaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami. "
Adam dan Hawa Diturunkan Ke Bumi.
Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan pelanggaran yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun berancun itu.
Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan teguran Tuhan itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat itu. Harapan untuk tinggal terus di syurga yang  telah pudar karena perbuatan pelanggaran perintah Allah, hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahawa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya. Akan tetapi Allah telah menentukan dalam  takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka.  Allah s. w. t. yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk dikelolanya, akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu. Berfirmanlah Allah kepada mereka:"Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disan sampai waktu yang telah ditentukan. "
Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali. Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat dan tabiatnya berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan otaknya. Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di mana yang satu menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga dari waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih sayang di antara sesama manusia jalan yang menuju kepada redha-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.  
Kisah Adam dalam Al-Quran.
Al_Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah Al_Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al_A'raaf ayat 11 sehingga 25
Pengajaran Yang Terdapat Dari Kisah Adam.
Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau belum dapat dicapai oelh otak manusia bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat sebagaimana telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah akan menciptakan manusia - keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi sehingga mereka seakan-akan berkeberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk apa Allah menciptakan jenis makhluk lain daripada mereka yang sudah patuh rajin beribadat,  bertasbih,  bertahmid dan mengagungkan nama-Nya.
Bahawasanya manusia walaupun ia telah dikurniakan kecergasan berfikir dan kekuatan fizikal dan mental ia tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya seperti sifat lalai,  lupa dan khilaf. Hal mana telah terjadi pada diri Nabi Adam yang walaupun ia telah menjadi manusia yang sempurna dan dikurniakan kedudukan yang istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat manusia yang lemah itu. Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah kepadanya tentang pohon terlarang dan tentang Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh seluruh keturunannya,  sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.
Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa tidaklah ia sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan asalkan ia sedar akan kesalahannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali. Rahmat allah dan maghfirah-Nya dpt mencakup segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya kecuali syirik bagaimana pun besar dosa itu asalkan diikuti dengan kesedaran bertaubat dan pengakuan kesalahan.
Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan kebinasaan. Lihatlah Iblis yang turun dari singgahsananya dilucutkan kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari syurga dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga hari Kiamat karena kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga ia menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah s. w. t.

Ahmadiyah Sebagai Isolasionisme


2.1   Biang Keladi
Pada tahun 1933 di kota Lahore India, terjadi huru-hara. Pada mulanya para Ulama bersama-sama kaum muslimin yang dikenal dengan sebutan - Golongan Ahrar - mengajukan appeal pada Pemerintah agar aliran Qadiani atau yang lebih dikenal dengan nama: AHMADIYAH, dinyatakan sebagai aliran non­Islam. Mereka juga minta agar Sir Zafrullah Khan, seorang tokoh dari kelompok Ahmadiyah, dipecat dari kabinet India.1
Zafrullah Khan di samping seorang negarawan terkenal, juga seorang diantara tokoh-tokoh Salvation Army Ahmadiyah yang giat menyusun keku­atan di atas terutama mempengaruhi kalangan pemerintahan maupun militer.
Kepala pemerintahan daerah Punjab barat, tuan Mumtaz Daultana, eng­gan sekali untuk turun tangan serta mengambil sikap bertolak belakang dengan keinginan para Ulama; Ia merasa akan mengakibatkan timbulnya kekeruhan dalam suasana politik di negerinya.2
Bagaimanapun juga pada akhirnya pertemuan dengan mereka tidak bisa dielakkan lagi. Dalam suatu perundingan yang lama, antara para ulama dengan perdana menteri Nazimuddin serta tuan Mumtaz Daultana, tokoh-tokoh dari pemerintahan India ini ternyata bersikap kaku, lamban bahkan menolak untuk mempertimbangkan tuntutan mereka itu.
Suasana hangat dalam pertemuan itu, kiranya telah menembus ke luar gedung meliputi massa kaum Muslimin yang sedang menunggu hasil­hasilnya. Kegelisahan pada mereka telah merata, kesabaran telah lenyap, dan tanpa menanti lebih lama lagi, mereka mulai bergerak turun ke jalan-jalan mengadakan demonstrasi. Kemarahan dan emosi membawa mereka, bagaikan arus yang menyisihkan setiap rintangan di depan bahkan kekerasanpun terjadi di sana-sini.3
Pemerintah cepat-cepat turun tangan. Melalui campur tangan militer, keadaan yang penuh ketegangan itu berubah menjadi keadaan yang mencekam dada, pekik dan tangis terdengar, ketakutan tampak pada wajah-wajah mereka. Suatu peristiwa yang sulit untuk dilupakan, telah terjadi di tempat berkumpulnya kaum Muslimin itu. Pada suatu ketika, sebuah jeep dengan kecepatan yang luar biasa mendadak muncul menerjang ke arah kelompok­kelompok massa kaum Muslimin, sambil melepaskan tembakan-tembakan membabi buta. Maka jatuhlah korban yang tidak sedikit jumlahnya.
Seorang Ahmadiyah yang fanatik berkata, bahwa "peristiwa jeep" itu adalah suatu mu'jizat, dan para penembak didalamnya tidak lain adalah Malaikat­malaikat Tuhan yang dikirim untuk menolong Ahmadiyah.4
Suatu kenyataan yang jelas ialah, bahwa pemerintah dalam bertindak telah berdiri berat sebelah. Dalam suatu laporan tertulis yang disampaikan oleh hakim-hakim Mohammad Munir dan M.R. Kayani, dimana kedua orang tersebut menghakimi seluruh sidang-sidang perkara Ahrar, ternyata isi laporan mereka itu sangat kabur serta merugikan para Ulama. Naseem Saifi, seorang tokoh Ahmadiyah kelahiran Qadian, mengutip isi laporan tersebut, sebagai berikut:
"Jelas sudah, bila pemimpin-pemimpin Ahrar itu mengetengahkan pada publik hanya soal-soal perbedaan dalam Agama, maka suguhan mereka itu tidak aka berpengaruh apa-apa. Akan tetapi bila pada mereka diissuekan bahwa Ahmadiyah  menghina Nabi Muhammad dengan cara mengumumkan kenabian baru sesudah kenabian akhir Muhammad s.a.w. bahkan nabi baru itu jauh lebih  mulya. Maka disinilah jebakan pemimp-pemimpin Ahrar itu mengenai sasarannya dengan tepat. Ummat Muslimin akan tergugah, terkejut, bahkan murka mendengar pidato-pidato semacam itu."5
 
Sesudah laporan Munir dan Kayani tersebut, datang lagi laporan dari Badan Penyelidik Kejahatan Pemerintah, yang nadanya lebih keras serta memberatkan pemimpin Ahrar. Ahmadiyah mengutip isi laporan tersebut:
 
"Sesungguhnya para pemimpin Ahrar itu tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya telah bermain api. Mereka sedang membangkitkan kemarahan di kalangan ummat Islam sedemikian rupa, sehingga hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya korban-korban jiwa,  kerusakan-kerusakan, penghinaan dan lain­lain tidak dapat dielakkan lagi. Suatu tindakan keras harus segera diambil! "6
 
Demikianlah tindakan tangan besi pemerintah telah merenggut jiwa kaum Muslimin tidak sedikit. Sungguh patut disesalkan bahwa telah terjadi peristiwa tragis semacam itu; padahal benih-benih yang menyebabkan timbulnya api kemarahan ummat yang sekaligus telah merenggut jiwa mereka yang tidak sedikit itu, masih tetap bercokol.
Sudah selayaknya bila pemerintah India pada waktu itu menelaah jauh­jauh sebelumnya sebab-sebab dari timbulnya kemarahan kaum Muslimin. Bahwasanya apa yang telah diucapkan oleh pemimpin-pemimpin Ahrar
itu, tidak semuanya fitnah semata-mata. Munculnya nabi baru sesudah kenabian akhir Muhammad s.a.w., memang telah dipropagandakan oleh Ahmadiyah, dimana Mirza Ghulam Ahmad, pendiri Ahmadiyah itu sendiri yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru di kalangan ummat Islam. Justru inilah, nabi baru itu, benih diantara benih-benih yang ditanam Ahmadiyah, yang telah menimbulkan kemurkaan ummat mencapai puncaknya.
 
Tiga tahun kemudian setelah terjadinya peristiwa Ahrar tersebut, DR. Mohammad Iqbal, Failosoof dan Pujangga besar Islam mengirim sepucuk surat pada Pandit Nehru, dimana beliau mengutarakan pendiriannya terhadap Ahmadiyah. Isi dari surat beliau tersebut yang bertanggal 21 Juni I936, berbunyi:
 
"Sahabatku Pandit Jawahar Lal,
 
Terima-kasih atas surat anda yang telah kami terima kemarin. Pada saat saya menulis jawaban atas artikel-artikel anda, saya merasa yakin bahwa anda tidak menaruh minat apapun terhadap sepak-terjang orang-orang Ahmadiyah itu. Kendatipun demikian adanya saya menulis juga jawaban tersebut, ialah semata-mata didorong untuk membuktikan, terutama pada anda, bagaimana sikap loyalitas kaum Muslimin di satu pihak, dan bagaimana sebenarnya tingkah laku yang ditontonkan oleh gerakan Ahmadiyah itu. Setelah diterbitkan risalah kami, saya mengetahui benar-benar bahwa tidak seorang Muslimpun yang berpendidikan, menaruh perhatian atas asal-usul maupun perkembangan ajaran­ajaran Ahmadiyah. Selanjutnya perihal artikel-artikel yang anda tulis itu, bahwasanya bukan saja penasihat-penasihat Muslim anda yang berada di Punjab yang merasa cemas, bahkan hampir di seantero negeri mereka semua cemas. Hal ini lebih membuat mereka gelisah, bila memperhatikan bagaimana orang­orang Ahmadiyah bersorak-sorai karena artikel anda itu. Tentu saja dalam hal ini surat kabar Ahmadiyah banyak membantu sepenuhnya timbulnya prasangka dan kecemasan-kecemasan itu. Namun demikian, pada akhirnya saya sungguh bergembira bahwasanya anda tidak sebagaimana yang kami cemaskan itu.
 
Selanjutnya perlu saya utarakan di sini bahwa perhatian saya terhadap ilmu ke-Tuhan-an, kurang. Akan tetapi saya mulai gandrung padanya, ketika saya harus mengenal Ahmadiyah dari asal-usulnya. Ingin saya meyakinkan anda di sini, bahwa risalah yang saya tulis itu adalah semata-mata untuk kepentingan Islam dan India. Kemudian  saya tidak pernah ragu untuk menyatakan disini, bahwasanya orang-orang Ahmadiyah itu, adalah pengkhianat-pengkhianat terhadap Islam dan India.
 
Saya menyesal sekali tidak mendapal kesempatan menemui anda di Lahore. Saya jatuh sakit pada hari-hari itu dan tidak keluar dari bilik. Bahkan hampir selama dua tahun terakhir ini saya berada dalam keletihan dikarenakan sering jatuh sakit. Harap anda kapan saja bila anda datang lagi ke Punyab. Kemudian apakah anda telah menerima surat saya yang berkenaan dengan usul anda mengenai penyatuan hak-hak kemerdekaan kaum sipil. Ketika anda tidak menyinggung lagi hal tersebut dalam surat anda, saya merasa kuatir bahwa anda tidak pernah menerimanya.


Wassalam, sahabatmu,"


Sd. Mohammad Iqba
l.
7
Apa sebab DR. Iqbal termasuk diantara mereka yang menyerang Ahmadiyah, bahkan menyatakan sebagai pengkhianat-pengkhianat terhadap Islam dan India? Justru pendirian beliau inilah yang harus digaris-bawahi sebagai suatu problema yang patut diteliti sejauh mungkin. Beliau sendiri tidak berkesempatan untuk menulis tentang dalih-dalih maupun dasar-dasar dari pernyataannya yang drastis itu secara luas, mungkin dikarenakan kesehatannya yang banyak terganggu. Akan tetapi beliau tidak lupa memberikan metode-metode yang baik dalam rangka mengenal Ahmadiyah. Sebaliknya bagi pemerintah India, sudah sewajarnya bila pernyataan Iqbal tersebut dijadikan sebagai titik-tolak daripada penelitian yang seksama terhadap gerakan Ahmadiyah. Setidak-tidaknya bertindak sebagai penen­gah yang suka mendengar suara-suara ulama yang tidak diragukan identitas maupun kwalitasnya, termasuk suara Iqbal.
Jika tidak, maka apa yang terjadi kemudian ialah timbulnya gerakan­gerakan estafet para Ulama maupun kaum muslimin yang bersikap menentang hadirnya aliran Ahmadiyah dalam tubuh Islam.
Bukti-bukti timbulnya gerakan-gerakan estafet telah ada. Peristiwa­peristiwa yang hampir sama dan dari sebab-sebab yang sama telah terjadi; mengambil tempat di anak benua India kembali.
2.2    Kemurkaan Estafet
 
Pada tanggal 15 Mei 1953 di kota Lahore Pakistan, seorang Ulama besar, syed Abul A'la al-Maududi, karena menyerang keras aliran Qadiani (Ahmadiyah) dan bersama-sama kaum Muslimin menuntut  agar pengikut­pengikut  Ahmadiyah dinyatakan sebagai golongan non-muslim, oleh pengadilan militer di Lahore, beliau dan seorang Ulama bernama Maulana Niazi, dijatuhi hukuman mati! 8
Berita vonnis yang tidak disangka-sangka itu, bahkan tidak pernah ter­lintas dalam pikiran kaum Muslimin, telah menimbulkan kepanikan di kalangan ummat Islam Pakistan, India, bahkan seluruh dunia Islam ikut terkejut atasnya.9 Keputusan akan "membunuh" tokoh kecintaan ummat, seorang mujahid, dan seorang sumber ilmu Agama yang tidak kering­keringnya itu, telah menimbulkan kekhawatiran dan kegelisahan dimana­mana. Kemarahan kaum Muslimin hampir-hampir tidak dapat dibendung lagi.
 
Melihat situasi yang semakin panas itu, pemerintah cepat-cepat turun tangan, mengambil langkah mendatangi Syed Maududi di tempat tahanannya, menawarkan pada beliau kesempatan untuk mohon ampun dan mohon dikasihani. Namun dengan sikap yang berani dan tegas, beliau berkata:
"Tidak, lebih baik aku mati daripada merendah-rendah diri di hadapan suatu Tyran. Jika ini sudah Takdir Allah, aku dengan segala keikhlasan menerimanya. Akan tetapi jika ini bukan KehendakNya, maka ketahuilah! Jangan coba-coba menyakiti diriku."10
Melihat pendirian syed Maududi begitu gigih, lebih-lebih sikap dari kaum Muslimin Pakistan, India, dan seluruh dunia Islam dalam suasana prihatin, akhirnya pemerintah menempuh jalan lain dan merobah hukuman mati atas diri syed Maududi menjadi hukuman penjara selama 20 tahun. Namun tidak lama kemudian jumlah 20 tahun itu berobah lagi, bahkan berobah berkali-kali sehingga sampai pada hukuman penjara dua tahun.
Tindakan drastis oleh pengadilan militer Lahore atas diri Ulama besar itu, menurut sinyalemen maupun pendapat-pendapat tokoh-tokoh pemerintahan dan militer, didasarkan atas pertimbangan politis semata-mata. Namun bila diteliti lebih seksama, pokok pangkal daripada peristiwa 1953 itu, ialah agitasi golongan Ahmadiyah, yang terang-terangan mengacaukan ketentraman iman kaum Muslimin dan membelakangi aqidah mereka.11
Bahwa sebab utamanya terletak pada kegiatan Ahmadiyah mempropagan­dakan faham-fahamnya yang bersimpang jalan itu, tidak diragukan lagi. Peristiwa yang sama dan dari sebab-sebab yang sama telah terjadi lagi, mungkin suatu peristiwa yang akhir, akan tetapi mungkin juga bukan terakhir, telah mengambil tempat di anak benua India kembali.
Pada tanggal 8 Juni 1974, di Islamabad Pakistan, telah terjadi demonstrasi kemarahan kaum Muslimin yang mencapai klimaxnya. Kali ini peristiwa itu lebih banyak makan korban harta benda dan jiwa. Gerakan Ahmadiyah yang mula-mula menceritakan kejadiankejadian tersebut, berkata:
"Sejak Minggu terakhir dari bulan Mei 1974 telah terjadi kerusuhan­kerusuhan di Pakistan. Dengan dihasut oleh kaum Ulama dan digelorakan oleh surat-surat kabar kaum Islam yang fanatik menjalankan tindakan kekerasan terhadap orang-orang dan harta benda milik jemaat Ahmadiyah di Pakistan. Orang-orang Ahmadiyah dibunuh dan mesjid, rumah, toko, perpustakaan, pabrik, gudang dan klinik mereka dirampoki, dihancurkan dan dibakar. Boikot sosial dan ekonomi dilakukan terhadap o-orang Ahmadiyah di seluruh Pakistan sehingga mereka tak dapat memperoleh bahan kebutuhan sehari-hari, bahkan air minum tak dapat mereka beli. Bayi-bayi juga menderita akibat boikot itu, karena susu untuk mereka tak bisa didapat."12
Bahkan rentetan dari peristiwa itu lebih jauh lagi. Di luar Pakistan, dari kota Mekkah Al-Mukarramah, telah datang keputusan Rabithah 'Alam Islamy, menyatakan golongan Ahmadiyah sebagai   golongan non­Muslim serta melarang anggauta-anggautanya naik haji. Jelas sudah, bahwa penyebab utama timbulnya kerusakan-kerusakan maupun korban jiwa itu, datang dari Ahmadiyah sendiri. Aliran inilah biang keladi dari kemarahan ummat Islam yang tak terbendungkan itu.
Sungguh sangat disesalkan telah terjadi peristiwa itu, akan tetapi sangat disayangkan bahwa pemerintah tidak mengambil inisiatif jauh­jauh sebelumnya, bahkan jauh sebelum peristiwa-peristiwa yang silam itu, untuk menghentikan aliran Mirza Ghulam itu dan menyatakan sebagai aliran non-Islam maupun membubarkannya sekaligus!
Sudah jelas, bila golongan kecil Ahmadiyah ini, bila dikaji faham­fahamnya, maupun aqidahnya ataupun hanya disebut-sebut. namanya, akan menimbulkan tidak sedap dan menggelisahkan kaum Muslimin, bahkan bisa terjadi kemarahan-kemarahan dan korban. Ia jauh lebih terorganisir, rapi, sempurna, dan persiapan-persiapan masa depannya maupun keuangannya sangat padat.
Sebaliknya dari peristiwa 1974 itu, gerakan Ahmadiyah sendiri mempunyai pandangan-pandangan yang berbeda. Golongan ini berkata:
"Rahasia di-non-Islamkannya Ahmadiyah, ialah sebagaimana yang diberitakan oleh harian - Imroz Lahore Pakistan, seperti berikut ini: Chiniot, 16 November (74). Menteri Kehakiman Propinsi merangkap urusan Parlemen, Sadar Asghar Ahmad, dihadapan rapat akbar di Jerwala mengatakan, bahwa partai rakyat (yang berkuasa di Pakistan sekarang) telah berhasil menyelesaikan masalah "Khataman Nubuwah" dengan cara yang amat bijaksana. Penyelesaian masalah ini merupakan kejadian besar sesudah peristiwa Karbala yang tercatat dalam sejarah Islam. Perdana Menteri Ali Butto telah berhasil menghancurkan siasat pemimpin­pemimpin opposisi dengan menyelesaikan masalah Qadiani itu."

Kelihatan belangnya, bukan? Kita ini (Ahmadiyah) memang sudah tau.     Itu­lah sebabnya tidak pernah kecil hati. Permainan politik memang begitu. Kaum opposisi di pemilihan umum mendatang (1975) di Pakistan ingin menjadikan masalah Ahmadiyah sebagai issue menarik untuk memperoleh suara. Tetapi Ali Butto bukan goblog. Dia tau mental "alim-ulama" yang rakus kursi, berselimutkan Agama ingin mencapai tujuan politis."13
 
Lebih lanjut Ahmadiyah berkata:
 
"Saudi Arabia atau Rabhitah kalau mencap Ahmadiyah non Islam - tidak mengherankan. Itu biasa, asal jangan Tuhan yang me-non­Islamkan."14
 
Bahwa peristiwa di Pakistan itu merupakan tindakan kaum oposisi serta para Ulama dengan maksud untuk mencapai tujuan politis, itu adalah pendapat Ahmadiyah pribadi. Adalah sukar untuk diterima, bahwa ikut sertanya Organisasi Dunia Islam yang berkedudukan di Mekkah itu, termasuk dari rasa solidaritas atau bertindak dalam rangka membantu tujuan politis kaum oposisi di dalam negeri Pakistan. Melainkan yang logis dan mudah dimengerti, bahwa Rabhitah Alam Islamy telah me-non-Islamkan Ahmadiyah dan sekaligus melarang angauta-anggautanya naik haji, ialah atas dasar-dasar pertimbangan serta penelitian yang seksama akan bentuk hakiki dari gerakan Ahmadiyah itu. Ulama-ulama di Pakistan, India, atau dimana saja, melihat gerak-gerik Ahmadiyah tidak lagi dari segi-segi lahirnya, akan tetapi pada segi­segi bagian dalamnya.
Kenyataan dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan Ah­madiyah sendiri, bahkan semenjak fajar-fajar munculnya Mirza Ghulam Ahmad dan alirannya, sikap dan tindakan para Ulama selalu menentang keras padanya. Dari suatu pengamatan yang teliti, benih-benih yang ditanam Ahmadiyah di kemudian hari jauh berbeda-beda dari sebelumnya, ia lebih banyak menonjolkan merk Islamnya daripada sifatnya yang complex.
Syukur bahwa dari Ulama-ulama yang masyhur seperti: Mohammad Hadr Husein, Abul Hasan Ali an-Nadwi, Abdul 'Alim Assidiqhi, Abul Ala al­Maududi dan lain-lain, telah berhasil membuka selubung kulit Ahmadiyah serta mengurai-urai isi dalamnya. Predikat Ulama yang ada pada mereka, lebih­lebih lagi sebagai putera-putera dari anak benua India, tidaklah menimbulkan keragu-raguan untuk menyatakan bahwa hasil-hasil tulisan mereka tentang kesesatan Ahmadiyah, adalah hasil dari sikap-sikap yang jujur, obyektif dan tidak emosional. Sehingga apa yang tidak jelas dari "Apa dan Siapa Ahmadiyah itu" menjadi jelas dan disadari.
Namun demikian, kendati hasil telah dicapai, yaitu kesadaran kaum Muslimin terhadap aliran Mirza Ghulam Ahmad itu, akan tetapi pada kenyataannya pencapaian Ulama-ulama itu belumlah sampai pada titik-titik intinya, belum mengena bahkan belum menyentuh sekalipun pada lubuk dasar yang hakiki dari Ahmadiyah. Akibatnya karena hal-hal tersebut, maka problema-problema baru yang tampaknya lebih segar dan logis, susul­menyusul datang dari  Ahmadiyah. Bagaikan suatu santapan yang dihidangkan pada kaum Muslimin, lebih sedap dipandang, lebih enak disantap dan lebih komplit dari yang sudah-sudah.
Ternyata Ahmadiyah berada dalam sigap berdiri di atas kuda-kuda, menanti setiap serangan maupun kritikan dari luar dan siap pula menangkis dan menyerangnya. Lebih jauh Ahmadiyah berkata:
"Memang, seperti di persada Indonesia ini, umpamanya, masih ada pula gelintiran manusia-buta yang menganggap Ahmadiyah itu sesat. Sekalipun mereka tak mampu membuktikannya menurut Qur'an dan Hadits Nabi s.a.w. dan tak pula mampu memperhadapkan "dalil-dalil" nya itu dengan Ahmadiyah, namun sekali-sekali terdengar pula cetusan hati-kotornya yang tak pernah membekas "juridu li-yuthfi 'u nurallahi bi-afwahihim" (mereka berhasrat memadamkan cahaya kebenaran Ilahy itu dengan mulutnya), tentu saja tak mungkin. Sebab itu untuk mereka tak lain ialah: "mutu be-ghaidhikum" (benci dan dengkinya akan dibawa atau membawa mereka pada maut."15
Akhirnya dengan lantang Ahmadiyah berkata:
"Anda orang berakal, bukan? Jangan mau diburung-ontakan oleh anasir-anasir yang memusuhi Ahmadiyah dengan cara lempar batu sembunyi tangan. Rata-rata mereka berkaok-kaok dari belakang Ahmadiyah tetapi tidak berani berhadapan. Mereka tau akan kelihatan belangnya."16